Friday, June 22, 2012

Diet Pada Kencing Manis

 

Prinsip Diet Pada Penderita Kencing Manis

Berdasarkan data BPS tahun  2003 prevalensi penderita diabetes melitus  pada daerah perkotaan sebesar 14,7 % dan daerah pedesaan sebesar 7,2 %, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat diabetisi sejumlah 8,2 juta didaerah perkotaan dan 5,5 juta didaerah pedesaan. Selanjutnya berdasarkan pola penambahan penduduk, diperkirakan 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada perkotaan (14,7%) dan pedesaan (7,2%) maka diperkirakan 12 juta diabetisi di daerah perkotaan dan 8,1 juta di daerah pedesaan (Perkeni, 2006).

Perlu dilakukan pengelolaan yang baik bagi para penderita DM yang terdiri dari 4 pilar penatalaksanaan diabetes mellitus yakni edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hiperglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin (Perkeni, 2006).

Dalam Pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu : penyuluhan (edukasi) yang merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes, keluarga, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak perencana kebijakan.

Salah satu pilar utama pengelolaan diabetes adalah perencanaan makan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Selain itu latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe-2. Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin (Waspadji, 2006)

Dalam mengelola diabetes melitus tipe 2 langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengelolaan non farmakologis, berupa perencanaan makan dan kegiatan jasmani. Baru kemudian kalau dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes yang ditentukan belum tercapai dilanjutkan dengan langkah berikut, yaitu penggunaan obat/pengelolaan farmakologis. Pada kebanyakan kasus, umumnya dapat diterapkan langkah seperti diatas. Pada keadaan kegawatan tertentu (ketoasidosis, diabetes dengan infeksi, stres) pengobatan farmakologis dapat langsung diberikan, umumnya berupa suntikan insulin. Tentu saja dengan tidak melupakan pengelolaan non farmakologis. Umumnya pada keadaan tersebut diatas, pasien memerlukan perawatan rumah sakit (Waspadji,2005).

Terapi gizi medis merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan gizi masing-masing individu (Perkeni, 2006). Seperti penelitian yang dilakukan secara prospektif di Inggris yang menunjukkan bahwa kontrol glukosa darah yang baik akan mengurangi resiko terjadinya resistensi insulin dan menurunkan resiko penyakit kardiovaskular (Davies et al, 2007).

Gula darah yang terkontrol bukan berdasarkan faktor jenis kelamin ataupun usia tapi lebih dikarenakan lamanya menderita diabetes mellitus, pola makan namun bukan karena edukasi (Hemi Sinorita dkk, 2007).

Pemeliharaan asupan makan, pemeliharaan kesehatan serta kualitas hidup yang baik dapat menghindari dan menjaga dari gejala jangka pendek seperti hypoglycemia dan membebaskan dari komplikasi jangka panjang yang mungkin terjadi. Walaupun rekomendasi gizi untuk pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2 pada dasarnya ialah sama. Hanya penitik beratannya yang berbeda. Kombinasi karbohidrat dan asam lemak cis-monounsaturated antara 60 70 % dari total asupan energi perhari. Total asupan lemak kurang dari 35 % dari total energi. Asam lemak cis-monounsaturated antara 10 dan 20 % total  energi. Saturated dan asam lemak trans dibawah 10 % total energi. Asupan protein antara 10 dan 20 % total energi. Asupan protein tidak boleh lebih rendah dari 0,6 g/kg berat badan tapi asupan protein antara 0,8 g/kg berat badan/ hari (Mcgough, 2003).

Asupan Energi, Karbohidrat dan Lemak merupakan makronutrien yang berperan dalam pengendalian kadar gula darah pasien diabetes mellitus. Asupan zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan (Juleka dkk, 2005).

Artikel Terkait